Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Dan Aku mempercayai itu. Tapi setiap perpisahan pasti ada sebab. Entah itu karena waktu atau pun jarak.
Dan setiap perpisahan itu terjadi Aku yakin akan ada waktu dimana kita merindukan orang yang Kita tinggalkan.
Saudari Ku…
Ingatkah kamu tentang cita-cita Kita ? ingatkah Kamu akan mimpi-mimpi kita ?
Ingatkah kamu tentang segala hal yang pernah terjadi diantara kita ?
Tentang indahnya hari-hari yang telah kita lewati dengan berbagai cerita.
Tentang tawa dan kesedihan yang selalu kita rasa bersama ?.
Saudari Ku…
Ingatkah Engkau siapa yang menjadi sandaran kala tangis tak mampu lagi Kau bendung ?
Siapa yang akan menceramahi Mu panjang lebar kala kelakuan Mu telah keterlaluan ?
Siapa yang rela berbagi dengan Mu sedang diri Nya pun kekurangan ?
Itu Aku, Saudari Ku.
Itu Aku. Aku yang tulus menyayangi Mu sebesar rasa sayang Ku pada nafas Ku.
Aku tak sedang membanggakan diri Ku atau pun mengungkit kebaikan Ku, tapi Aku hanya ingin membangkitkan kenangan Mu tentang Aku dan persahabatan kita,Saudari Ku.
Aku tak membela diri Ku. Tapi Aku membela hati Ku. Aku membela rasa sayang Ku pada Mu. Aku membela rasa yang telah terikat cukup lama.
Aku merindukan Mu saudari ku. Aku merindukan tertawa bersama Mu. Bergurau bersama Mu, meskipun terkadang kita menyadari dalam gurauan kita itu ada dosa yang turut tercipta.
Aaahhh…Aku tau mungkin sebagian orang menanggap Ku bodoh karena masih mengharap orang yang sudah berusaha menjauh dari Ku. Tapi Aku selalu berharap akan ada satu kata dari Mu, minimal rasa terima kasih serta senyum yang akan keluar dari wajah lembut Mu. Tapi, hingga detik ini itu semua tak Ku temukan.
Apa Kau tau Saudari Ku, saat melihat Mu hati Ku mengulang kembali setiap episode-episode tentang indahnya persahabatan Kita ? Apa Kau tau Saudari Ku saat Kau tertawa bersama mereka, saat itu pula hati Ku menangis karena merindukan masa-masa itu. Tau kah Kau bahwa cerita hidup di otakku selalu merindukan Mu untuk Ku ajak berbagi. Tau kah Kau saat kebahagiaan sedang menyelimuti Ku saat itu pula Aku berharap bahwa Kau akan turut bersama Ku. Tertawa, menjalani hari-hari indah namun penuh duka. Aku merindukan tertawa bersama Mu. Tawa yang selalu ada meskipun sesungguhnya hati kita menangis. Aku merindukan tawa hampa bersama Mu. Yaa…tawa menertawakan diri sendiri yang telah bodoh dipermainkan oleh kehidupan.
Sekarang, Aku tak akan berbicara panjang lebar tentang ini. Hati Ku mungkin telah jenuh. Tapi yakinlah Dia tak mati. Hati Ku masih merindukan saat indah bersama Mu. Meskipun sekarang Ku tak hadir dalam bahagia Mu tapi suatu saat Aku siap hadir dalam derita Mu.
Salam sayang,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar