Lagi, ketika aku mengulang rutinitasku untuk selalu memantaumu walau hanya lewat goresan kata-kata yang kau tulis di media sosial, aku menemukan sekeping hatiku terluka.
Aku kembali menemukan kenyataan bahwa ceritamu bukanlah tentang kita. Bukan tentang aku, kau dan dia.
Tidak! Kau sama sekali telah meniadakan peranku dan hanya membuat drama elegi tentang kau dan dia.
Kau hanya bersenandung tentang cerita kalian yang tak ku mengerti.
Lalu aku siapa?
Apa aku ada hanya untuk menjadi pemeran pelengkap dalam cerita kalian?
Lalu berganti peran menjadi antagonis bagimu ketika akupun membuat sendiri cerita tentang ku dan dia?
Ah, sayang..
Lalu bagaimana dengan rasa sayang, rasa cinta yang telah kau tanam dihatiku?
Tidak kah kau menganggap itu ada?
Tidakkah kau mau mempertanggung jawabkannya? Minimal dengan membalasnya saja kau tak maukah?
Kau yang selalu ku sayang dengan segenap rasa yang kumiliki, beginikah caramu?
Ah harusnya aku tak lagi mencari-cari tahu tentangmu.
Tapi aku tak bisa. Naluri sayangku selalu menuntut untuk sekedar tau kau baik-baik saja.
Aku selalu ingin menghidupkanmu kembali dihatiku walau hanya lewat tulisan-tulisan tanganmu.
tapi ternyata begini adanya?
Cinta lebih berkuasa dibanding persaudaraan.
Tidak ingatkah kau aku pernah mencintaimu sebegitu tulus. Tapi begini caramu?
Dan ketika tetesan airmata ini deras menghujaniku, telah ku tekadkan untuk benar-benar mengubur tentangmu.
Tidak,sayang.
Aku tidak marah.
Aku tidak sedang membangga-bangggakan
Aku hanya ingin membela hatiku.
tapi sudahlah, lupakan.
Waktu akan menghapus semuanya. Termasuk kamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar