Pagi yang kurasa masih saja hambar. Bangun dan membuka mata dengan biasa.
Masih dengan view yang sama. Cat dinding yang (masih) tidak familiar di mataku.
Lalu ada satu sosok yang membuatku tegar. Sosok lembut penuh cinta yang selalu ku sebut dalam doa. Dia yang berharga dan begitu aku cinta.
Mama.
Dari senyumnya aku menemukan kekuatan untuk menurunkan kakiku dari atas ranjang kemudian berdiri dan memuai semua aktivitas.
Semuanya memang telah menjadi candu. Aku tak akan bisa bangun tanpa melihat senyumnya.
Tulisan ini tidak hanya akan menceritakan pagiku, atau hari-hariku di kamar kost yang begitu menjemukan. Ini hanya catatan singkat sebagai pengobat hati.
Kamu akan menulis tentang apa,vie?
Sisi hatiku bertanya.
Entah aku tak tau. Ini rasanya campur aduk.
Aku rindu Abaku. Aku rindu rumah sederhana penuh cinta di Sungsang.
Aku rindu kamarku dengan begitu banyak boneka dari orang-orang terkasih.
Aku rindu saudara-saudara tercintaku.
Rindu jagoan-jagoan kecilku.
Ah..
Tetes-tetes bening sudah menjejal pelupuk mataku. Meminta untuk dikeluarkan.
Aku menahannya dengan sangat.
Tak ingin ruangan bercat putih dengan 39 penghuninya ini melihat air mataku.
Aku rindu sekali.
Rindu dengan suasana rumah.
Aku rindu akhwat fiillah.
Saudara seperjuangan menebar cinta di bumi Allah.
Taukah unii,
Disini tak ada jilbab panjang. Disini tak ada baju longgar.
Bahkan kuliah pun harus pakai celana dasar yang kelihatan ketat.
Disini tak ada kajian. Tak ada kesejukan.
Tak ada saudara-saudara penyejuk hati yang bisa menguatkan untuk tetap istiqamah menebar cinta di bumi-Nya.
Cek Ria maaf..
Aku lupa 1 juzz yang dulu tiap hari kusetorkan padamu.
Bicik maaf..
Aku jarang berlatih tajwid.
Allah maaf..
Aku begitu jauh dariMu. Aku hina. Lemah. iya semuanya.
Aku.. :"(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar